Monday, March 23, 2009

Sponsor (klub) Sepakbola

Mencari sponsor untuk kegiatan tertentu susah-susah gampang dan gampang-gampang susah. Coba tanyakan pada account executive. Katanya sih jaringan dan pergaulan yang jadi kunci. “Eh, kantorlu sponsorin acara gue dong.” Sering banget dengarbegitu,kan?

Untuk kegiatan model kompetisi sepakbola, seharusnya nggak sulit. Pertama, sepakbola adalah bidang populer di muka bumi ini. Penggemarnya bejibun. Kedua, untuk kasus di Indonesia, saya belum pernah menyaksikan stadion kosong melompong seperti di Malaysia atau Thailand jika sedang ada pertandingan. Yang seperti ini, harusnya makanan empuk para pengiklan.

Tapi bisa jadi sangat susah kalau mengingat manajemen kompetisi di sini amburadul. Nggak jelas spot mana saja yang bisa dimanfaatkan sponsor/pengiklan. Belum lagi keributan dan kotornya sepakbola kita. Lalu, juga bagaimana daya beli masyarakat sepakbola kita yang umumnya strata menengah ke bawah.

Taruhlah jika faktor-faktor di atas itu berada dalam kondisi normal, apa yang sebaiknya dilakukan untuk mendapatkan sponsor. Pertama, sudah jelas susun anggaran dulu. Jika menggunakan sistem kompetisi seperti sekarang, setiap klub minimal butuh anggaran sebesar Rp 15 miliar per musim kompetisi. Itu hitungan terkecil dan sangat hemat (misalnya dalam pos gaji pemain/staf pelatih). Kedua, tentukan sasaran dan target dalam mengikuti kompetisi. Apakah ingin jadi juara atau hanya mengincar posisi papan tengah.

Sponsor utama

Mungkin persentasenya bisa mencapai 60 dari total anggaran. Untuk sepakbola, sponsor utama sebaiknya datang dari produk makanan/minuman ringan, otomotif, obat generik, bir/rokok (jika memungkinkan), komunikasi, keuangan, atau produk kesehatan pria. Kenapa pria? tentu saja karena penggemar sepakbola kebanyakan kaum adam. Nggak lucu rasanya jika ada klub sepakbola bersponsor produk lipstick. Emangnya kita cowok apaan?

Karena cakupan dana sponsor utama sangat besar, tentu porsi hak-nya menjadi besar juga. Spot mana saja yang jadi hak-nya? Tentu di bagian depan kostum tim, tas skuad, jaket tim, billboard pinggir lapangan (kandang), papan skor, papan iklan daerah mixed zone dan jumpa pers (background), bagian-bagian tertentu di dalam dan luar stadion (saat ada pertandingan). Pendeknya, sponsor utama punya spot di seluruh bagian jualan klub, baik on field atau off field.

Sponsor Tehnik

Biasanya disebut apparel. Yang ini jelas cuma bisa didapat dari produk-produk alat olahraga seperti kostum, bola, sepatu, tas atau jaket. Jika bisa punya sponsor apparel, klub bakal menghemat dana untuk pos kostum dan tetek bengeknya. Lumayan lho, minimal untuk setahun kompetisi. Klub bakal dapat pasokan terus menerus.

Namun, produk yang kita dapat adalah konversi dari dana yang dikeluarkan sponsor. Perhitungan saya, takarannya sekitar 20 persen dari total anggaran yang dibutuhkan. Penempatan logo atau merek apparel bisa sama dengan sponsor utama, namun dalam porsi yang lebih sedikit. Yang terutama jelas ada di kostum (dan perlengkapan teknis lainnya), mixed zone dan jumpa pers.

Sponsor Pendukung

Karena sifatnya hanya pendukung, maka spot yang disediakan untuk mereka jelas lebih kecil. Katakan, klub sudah punya sponsor sebanyak 80 persen, maka hanya tinggal 20 persen yang tersisa. Maka alokasinya bisa sekitar 10-12 persen dan ini sudah cukup hanya dengan menjual spot di pinggir lapangan saat ada pertandingan. Syukur kalau bisa menjual untuk ditempatkan pada sisi lain kostum (misalnya di bawah nomor punggung atau di bagian lengan), tas, mixed zone atau jumpa pers.

Karena sifatnya itu pula, sponsor jenis ini boleh jadi nggak perlu spesifik. Mau produk makanan burung sekalipun, nggak ada masalah. Mau pasang sponsor produk kondom juga ok.

Sponsor pada dasarnya akan semakin senang jika coverage-nya meluas. Jadi buat klub, usahakan sesering mungkin bikin kegiatan yang mengundang liputan, baik cetak, elektronik atau internet. Sponsor menaruh dana ke klub itu ibarat iklan, jadi sebaiknya juga diperlakukan seperti iklan umumnya yang kerap muncul di publik.

Klub juga bisa mencetak newsletter atau buletin bulanan. Maksudnya sudah jelas. Pertama, iklan juga bisa dijual di sana dan komunikasi dengan penggemar berjalan mulus. Karena ini jaman internet, bolehlah klub membuat situs resmi atau juga blog. Ibaratnya, sediakan jalur Interaktif. Terakhir, jangan lupakan untuk mendirikan toko souvenir resmi. Jangan remehkan bisnis ini. Lihat sewaktu Piala Asia 2007, kios kostum replika resmi timnas Indonesia laris berat, padahal harganya mahal banget.

Nah, kalau sudah begitu, kelihatan mudah ya. Secara kasar memang mudah, tapi pelaksanaannya tidak semudah yang dikira. Katakanlah ini teorinya, prakteknya serahkan pada orang-orang pemasaran yang memang punya ilmu soal begituan. Jadi, buat tim-tim perserikatan Indonesia, buat apa ribut-ribut dana APBD yang musim depan bakal dilarang. Coba usaha sedikit cari sponsor dan bikin aturan main yang jelas, jangan amatiran.

Ingat, istilahnya sponsor! bukan donatur! Jaman begini mana ada yang mau buang duit miliaran sebagai donatur sepakbola?

No comments:

Post a Comment